Situs gunung padang(sigupa) merupakan situs yang belakangan ini sedang
mencuat namanya karena bnyk peniliti yang mengatakan bangunan situs tersebut
sudah sangat tua, melebihi pyramid di Mesir. Itu sebabnya tempat tersebut sekarang
ramai oleh wisatawan dan para pecinta arkeologi.
Makin banyak manusia, makin bnyk sampah. Itu hal yang tak terelakan.
Sebelumnya saya sudah membayangkan betapa mistisnya tempat tersebut dari
beberapa tulisan dan cerita yang pernah saya ketahui. Tapi begitu menginjakkan
kaki di puncak sigupa, sirna semua
pemikiran saya sebelumnya. Tempat tersebut lebih mirip taman piknik ketimbang
situs prasejarah. Banyak sekali orang yang dating untuk pacaran, makan-makan
bersama keluarga membawa bekal, bahkan ada pedagang makanan dan minuman. Sangat
disayangkan sekali.banyak dari mereka yang sudah makan sembarang membuangnya,
padahal ada tong sampah yg cukup banyak dan jarak kurang sepuluh meter dari
mereka. Bahkan ada yg kurang dari semeterpun, tetap saja buang sembarangan.
Geram sekali melihatnya. Beruntunglah si penjual cekatan sekali memungut
sampah-sampah disekitar mereka(baik dari dagangannya atau bukan) dan
membuangnya ke tempat yang semestinya, sehingga lokasi masih bersih, meski
puntung rokok dan bungkus permen yang tak kasat mata tetap berserakan. Selain
itu mulai terlihat satu dua pengemis di tangga menuju puncak sigupa. Semoga
tidak bertambah banyak.
Menurut saya pribadi selayaknya tempat tersebut dilarang makan, minum
dan rokok. Atau seminimalnya dilarang ada pedagang di area tersebut. Sebab bila
dibiarkan, pasti pedagang akan semakin banyak, ditambah orang-orang yang kurang
kesadaran susah sekali bersikap disiplin. Jadi mungkin pakai cara tegas aja
dengan dilarang atau didenda. Jangan mentang-mentang ini masi keliatan seperti
alam liar dan belum ada aturan keras jadi seenaknya. Bayangkan kalau di
Borobudur juga banyak pedagang dan orang makan-makan? Miriskan?
Di tempat tersebut peraturan yang ketat adalah perlakuan terhadap
batu-batu situs. Cukup banyak penjaga yang selalu sigap berjaga dan
memperingati orang-orang badung yang suka memanjat atau duduk di batu-batu
vertikal. Para penjaga cukup ramah, merupakan warga sekitar yang berpakaian
hitam dan blangkon. Mereka juga memperingatkan bila akan turun hujan dan
meminta pengunjung siap-siap berlindung di posko, sehingga saat hujan turun
pengunjung tidak kelabakan dan menabrak atau menginjak batu sembarangan.
Tidak jauh dari sigupa, ada tempat lain yang menarik juga, yaitu Curug
Cikondang. Perjalanan menuju tempat ini sangatlah luar biasa. Anda bias
menikmati kebun the yang indah, menghirup udara yang berkualitas dan yang
paling greget adalah motorcross di jalan terjal yang berbatu-batu menggunakan
motor bebek selama 2/3 perjalanan. Sangat memicu aldrenalin, bahkan wahana di
dufan tak ada apa-apanya. Di jalan ini semua menjadi dekat religious karena tak
henti-hentinya orang-orang berdoa. Ban selip berkali-kali sudah biasa, kalau
hujan bias lebih luar biasa karena jalanan licin oleh lumpur, sehingga kalau
tergelincir mungkin hal yang biasa juga. Bial bukan karena si bapak ojek ini
pengendara yang sudah alih dengan jalan tersebut, saya ragu kalau saya selamat
sampai tujuan. Beliau juga memotong jalan melalui kebun teh yang dijadikan
jalan pintas illegal oleh para pengendara. Lebar jalan itu cuma 50cm membentuk
suatu cekungan yang Cuma muat satu ban motor. Jadi kalo kaki anda tidak di
angkat siap-siap menabrak kiri kanan jalan.
Saya ngobrol-ngobrol dengan pak ojek mengapa jalannya serusak ini,
sejak kapan, dan apakah tidak pernah di perbaiki pemerintah? Si pak ojek
menjawab uda tapi rusak lagi. Wajar karena sering dilewati truk-truk besar
pengangkut kayu dan batu. Kemudian saya membalas mungkin kurang bagus
konstruksinya, dan si bapak nyelutuk, ‘bukan kurang bagus, kurang uang
pemerintahnya”. Hahaha ketawalah saya dan si bapak. Entah kurang uang atau dana
dikorup dan bahan dioplos, mana saja sudah biasa terjadi. Yang miris adalah
jalur ini merupakan jalur yang paling sering digunakan warga untuk turun ke
kota, membutuhkan waktu 1 jam paling cepat. Bayangkan 1 jam melalui jalan
sehancur ini dengan motor. Betapa berbahayanya dan melelahkan. Selain itu mesin
kendaraan dan ban juga cepat rusak. Dan jalan seperti ini ternyata sangat banyak
di berbagai perkampungan sekitarnya juga.
Tapi lain sekali bila tempat itu terkenal dan dikunjungi pejabat atau
presiden. Seperti jalur menuju sigupa, dalam waktu singkat menjadi mulus.
Pantas stasiun kereta Lampegan begitu baru dibandingkan stasiun-stasiun
sebelumnya. Rupanya pak SBY kita mondar-mandir sana. Jadi yaaah…harus
cepat-cepat keliatan cantik. Yang menuju curug pun cantik kog diawalnya. Sejauh
mata pak pejabat kita bisa memandang dhe. Sisanya yaaa..hancur-hancuran. Ini
terjadi juga kog di berbagai tempat di kota. Yang penting ga ketahuan, jadi
bangunnya hanya setengah-setengah.
Usuk punya usuk jalan ini rupanya sudah ada sejak jaman Belanda, untuk jalur
transportasi dari pertambangan emas di wilayah tersebut. Puluhan bahkan ratusan
tahun sudah umur jalan batu ini. Herannya pemerintah kita sangat kaya, uang
yang difoya-foyakan pemerintah untuk hal-hal yang kurang penting cukup banyak,
tapi untuk perbaiki berbagai jalan rusak di Indonesia tutup mata. Jalur
distribusi di berbagai desa banyak yang mengalami kesulitan. Buang-buang waktu
dan bahan bakar.
Tapi ya begitulah Negara kita tercinta ini. Sebenarnya sangat banyak
tempat indah di berbagai pelosok nusantara, tapi butuh perjuangan lebih untuk
mencapainya. Transportasi susah, pengelolahan tempat tidak maksimal dan lain
sebagainya. Saya tersenyum sajalah sambal geleng-geleng kepala.
No comments:
Post a Comment