Wednesday, August 27, 2014

Situs Gunung Padang – Agustus 2014

Situs gunung padang(sigupa) merupakan situs yang belakangan ini sedang mencuat namanya karena bnyk peniliti yang mengatakan bangunan situs tersebut sudah sangat tua, melebihi pyramid di Mesir. Itu sebabnya tempat tersebut sekarang ramai oleh wisatawan dan para pecinta arkeologi.



Makin banyak manusia, makin bnyk sampah. Itu hal yang tak terelakan. Sebelumnya saya sudah membayangkan betapa mistisnya tempat tersebut dari beberapa tulisan dan cerita yang pernah saya ketahui. Tapi begitu menginjakkan kaki di puncak  sigupa, sirna semua pemikiran saya sebelumnya. Tempat tersebut lebih mirip taman piknik ketimbang situs prasejarah. Banyak sekali orang yang dating untuk pacaran, makan-makan bersama keluarga membawa bekal, bahkan ada pedagang makanan dan minuman. Sangat disayangkan sekali.banyak dari mereka yang sudah makan sembarang membuangnya, padahal ada tong sampah yg cukup banyak dan jarak kurang sepuluh meter dari mereka. Bahkan ada yg kurang dari semeterpun, tetap saja buang sembarangan. Geram sekali melihatnya. Beruntunglah si penjual cekatan sekali memungut sampah-sampah disekitar mereka(baik dari dagangannya atau bukan) dan membuangnya ke tempat yang semestinya, sehingga lokasi masih bersih, meski puntung rokok dan bungkus permen yang tak kasat mata tetap berserakan. Selain itu mulai terlihat satu dua pengemis di tangga menuju puncak sigupa. Semoga tidak bertambah banyak.



Menurut saya pribadi selayaknya tempat tersebut dilarang makan, minum dan rokok. Atau seminimalnya dilarang ada pedagang di area tersebut. Sebab bila dibiarkan, pasti pedagang akan semakin banyak, ditambah orang-orang yang kurang kesadaran susah sekali bersikap disiplin. Jadi mungkin pakai cara tegas aja dengan dilarang atau didenda. Jangan mentang-mentang ini masi keliatan seperti alam liar dan belum ada aturan keras jadi seenaknya. Bayangkan kalau di Borobudur juga banyak pedagang dan orang makan-makan? Miriskan?

Di tempat tersebut peraturan yang ketat adalah perlakuan terhadap batu-batu situs. Cukup banyak penjaga yang selalu sigap berjaga dan memperingati orang-orang badung yang suka memanjat atau duduk di batu-batu vertikal. Para penjaga cukup ramah, merupakan warga sekitar yang berpakaian hitam dan blangkon. Mereka juga memperingatkan bila akan turun hujan dan meminta pengunjung siap-siap berlindung di posko, sehingga saat hujan turun pengunjung tidak kelabakan dan menabrak atau menginjak batu sembarangan.

Tidak jauh dari sigupa, ada tempat lain yang menarik juga, yaitu Curug Cikondang. Perjalanan menuju tempat ini sangatlah luar biasa. Anda bias menikmati kebun the yang indah, menghirup udara yang berkualitas dan yang paling greget adalah motorcross di jalan terjal yang berbatu-batu menggunakan motor bebek selama 2/3 perjalanan. Sangat memicu aldrenalin, bahkan wahana di dufan tak ada apa-apanya. Di jalan ini semua menjadi dekat religious karena tak henti-hentinya orang-orang berdoa. Ban selip berkali-kali sudah biasa, kalau hujan bias lebih luar biasa karena jalanan licin oleh lumpur, sehingga kalau tergelincir mungkin hal yang biasa juga. Bial bukan karena si bapak ojek ini pengendara yang sudah alih dengan jalan tersebut, saya ragu kalau saya selamat sampai tujuan. Beliau juga memotong jalan melalui kebun teh yang dijadikan jalan pintas illegal oleh para pengendara. Lebar jalan itu cuma 50cm membentuk suatu cekungan yang Cuma muat satu ban motor. Jadi kalo kaki anda tidak di angkat siap-siap menabrak kiri kanan jalan.



Saya ngobrol-ngobrol dengan pak ojek mengapa jalannya serusak ini, sejak kapan, dan apakah tidak pernah di perbaiki pemerintah? Si pak ojek menjawab uda tapi rusak lagi. Wajar karena sering dilewati truk-truk besar pengangkut kayu dan batu. Kemudian saya membalas mungkin kurang bagus konstruksinya, dan si bapak nyelutuk, ‘bukan kurang bagus, kurang uang pemerintahnya”. Hahaha ketawalah saya dan si bapak. Entah kurang uang atau dana dikorup dan bahan dioplos, mana saja sudah biasa terjadi. Yang miris adalah jalur ini merupakan jalur yang paling sering digunakan warga untuk turun ke kota, membutuhkan waktu 1 jam paling cepat. Bayangkan 1 jam melalui jalan sehancur ini dengan motor. Betapa berbahayanya dan melelahkan. Selain itu mesin kendaraan dan ban juga cepat rusak. Dan jalan seperti ini ternyata sangat banyak di berbagai perkampungan sekitarnya juga.


Tapi lain sekali bila tempat itu terkenal dan dikunjungi pejabat atau presiden. Seperti jalur menuju sigupa, dalam waktu singkat menjadi mulus. Pantas stasiun kereta Lampegan begitu baru dibandingkan stasiun-stasiun sebelumnya. Rupanya pak SBY kita mondar-mandir sana. Jadi yaaah…harus cepat-cepat keliatan cantik. Yang menuju curug pun cantik kog diawalnya. Sejauh mata pak pejabat kita bisa memandang dhe. Sisanya yaaa..hancur-hancuran. Ini terjadi juga kog di berbagai tempat di kota. Yang penting ga ketahuan, jadi bangunnya hanya setengah-setengah.

Usuk punya usuk jalan ini rupanya sudah ada sejak jaman Belanda, untuk jalur transportasi dari pertambangan emas di wilayah tersebut. Puluhan bahkan ratusan tahun sudah umur jalan batu ini. Herannya pemerintah kita sangat kaya, uang yang difoya-foyakan pemerintah untuk hal-hal yang kurang penting cukup banyak, tapi untuk perbaiki berbagai jalan rusak di Indonesia tutup mata. Jalur distribusi di berbagai desa banyak yang mengalami kesulitan. Buang-buang waktu dan bahan bakar.

Tapi ya begitulah Negara kita tercinta ini. Sebenarnya sangat banyak tempat indah di berbagai pelosok nusantara, tapi butuh perjuangan lebih untuk mencapainya. Transportasi susah, pengelolahan tempat tidak maksimal dan lain sebagainya. Saya tersenyum sajalah sambal geleng-geleng kepala.



No comments:

Post a Comment