Tuesday, October 15, 2013

Bukan Uang yang Membuat Bahagia, tapi ....


Saya tidak mengerti mengapa begitu banyak orang sekitar saya yang memandang saya dengan wajah heran dan khawatir akan masa depan saya yang dikarenakan pekerjaan saya tidak jelas penghasilannya. Bahkan mereka selalu merasa saya tidak punya uang dan susah, tapi terkadang heran saya masih bisa membeli ini itu atau pergi ke sana-sini. Mereka melihat hidup saya seakan susah tapi begitu santai dan menikmatinya tanpa beban atau khawatir memikirkan keuangan saya.

Kenyataannya uang saya memang tidaklah begitu banyak. Tapi masih cukup untuk memuaskan apa yang inginkan. Saya cukup baik dalam mengontrol keuangan saya. Tidak banyak tapi dipakai seefisien mungkin sehingga nilainya memuaskan. Walau kadang malah terlihat seperti boros tak berarti. Contohnya, disaat keuangan saya tipis, saya masih sempat-sempatnya membeli tiket konser VIP idola saya, atau membeli jaket-jaket yang sedang obral sampai 5 potong ketika sedang wisata ke luar kota, sampai saya harus utang dulu pada temen saya untuk ongkos perjalanan, baru saya bayar ketika tiba di Jakarta lagi. Hahaha.

Pada dasarnya saya memang orang yang termasuk giat menabung dan membuat simpanan untuk berbagai keperluan mendadak. Saya tidak mau merengek konyol ketika ada sesuatu yang saya perlukan dalam event tertentu, tapi saya tidak punya uang. Rasanya melihat orang seperti itu menyedihkan sekali. Seperti mau beli benda atau tiket yang cuma ada waktu tertentu tak mungkin menunggu sampai situ punya uang lagi, keburu ludes.

Saya tidak suka tanggung-tanggung. Ketika sedang ingin boros dan bersenang-senang, tetu saya tidak akan pusing memikirkan sudah berapa yang saya habiskan, dan tinggal berapa sisanya. Tapi pada titik tertentu saya akan kembali menabung dan berhemat lagi.

Lagipula yang membuat bahagia dan puas bukanlah nominalnya. Melainkan keseharian yang anda lewati. Setiap waktu yang dilewati dengan rasa bahagia, meski sederhana, itu adalah kemewahan dan sangat mahal harganya. Bahkan ketika saya terlihat sedang bermalas-malasan.

Pasti orang disekitar saya akan lebih setuju bila waktu saya yang begitu banyak digunakan secara produktif dan lebih menghasilkan uang ketimbang dengan rutinitas saya yang hanya mengajar les gambar seminggu sekali pada hari minggu. Sisanya, senin-sabtu saya lakukan apapun yang saya mau. Entah itu menggambar santai, membuat baju, pergi-pergi, melewatkan banyak waktu dengan orang yang dicintai,dan sebagainya, bahkan hanya tidur-tiduran dan main computer seharian. Orang lain kerja 5-6 hari seminggu,libur hanya sehari. Saya kerja sehari, libur 6 hari. Hahaha.

Pendapatan saya tidaklah besar dan tetap. Bahkan kadang bisa dibawah 1juta perbulannya. Meski klo di hitung perjam cukupt tinggi, bisa 50ribu lebih. Kalau dihitung dengan teori matematika tentu bila saya seaktif jam kerja orang normal, 5juta sebulan sangatlah mungkin. Tapi saya tidak ingin seperti itu. Saya lebih menikmati keseharian saya yang seperti ini.

Bodoh? Pemalas? Cuma banyak ngomong? Yaaa!! Anda benar. Tapi saya tidak cuma banyak ngomong, tapi saya sudah membuktikannya. Sejak dibangku SMK saya sudah berpenghasilan 1juta perbulan dari kerja freelance disebuah konfeksi, sebagai editor pola marker, yang jam kerjanya sedikit dan bisa minta keringanan hanya masuk bila memang ada kerjaan. Pendapatannya 30k-50k/jam kalo saya hitung. Untuk anak seumur saya waktu itu, penghasilan segitu sudah sangat lumayan dan jam terbang fleksibel. Semua teman dan guru saya begitu kagum termasuk orang tua saya. Tapi pada kenyataannya itu hanya membuat saya senang pada awal-awal karena begitu disanjung, selebihnya saya muak dan sangat ingin berhenti saja karena saya lelah mempertahankan akademik saya dan tak ada yang memikirkan kapan saya punya waktu untuk tugas dan belajar. Memang secara keuangan saya jadi sangat santai dan bisa membeli ini-itu. Tapi bila dikatakan bahagia, jawabannya tidak. Saya berhenti setelah 3 tahun bekerja, tak lama setelah saya lulus sekolah. Rasanya begitu lega, bahkan asal bisa berhenti lebih cepat saya rela tak perlu di gaji bulan terakhir. Hahaha…

Awalnya selain mengajar, saya juga sering belajar dan ikut job kerja bersama pembimbing saya, sehingga jam kerja saya bahkan lebih dari orang normal, bisa sampai menginap dan tidak pulang, keungannya juga tidak jelas. Tapi lebih banyak tentunya. Awalnya juga semangat, tapi makin hari, makin terbentuk pola rutinitas yang mengikat lagi. Tak lama dari itu saya jadi jarang datang ke tempat pembimbing sampai titik dimana saya cuma datang hari minggu untuk mengajar.

Kesimpulannya saya memang sangat tidak cocok untuk beraktivitas yang diatur orang lain. Saya tidak bahagia meski bisa berpenghasilan besar. Saya mulai mengerti setelah menjalani ini itu yang tidak saya jelaskan saat ini secara detail. Tapi terasa nyata, ketika saya mulai bergeser dengan melakukan setiap hal dengan kesadaran penuh dan bebas atas kehendak sendiri. Saya bahagia! Waktu berlalu sangat cepat dan hidup setiap harinya terasa tanpa beban. Tidak perlu khawatir hal-hal yang rumit, uang dll. Mirip seperti tinggal dipedesaan dengan pola pikir sederhana dan damai. Ternyata di tengah kota pun saya bisa merasakan itu, dan kalau benar-benar bisa tinggal di pedesaan damai lebih bagus lagi. Hahaha…

Kuncinya hanya menjalani setiap waktu dalam hidup kita dengan nurani kita. Mirip seperti ‘anggaplah hari ini, hari terakhir hidupmu, apa yang mau kau lakukan?’. Usahakan selalu menjalani dengan positif dan lebih baik lagi bila dapat berguna untuk makhluk atau lingkungan, untuk universe. Maka hidup kita akan bahagia dan damai setiap harinya. Dan percayalah, bila hidupmu untuk lingkunganmu baik, maka kau akan diperlakukan baik juga oleh lingkunganmu. Uang akan terasa tak menjadi pengikatmu lagi. Kau akan menemukan cara memperolehnya tanpa harus mengorbankan kebahagian setiap detik dalam hidupmu.

Bila kau bahagia dengan pekerjaanmu sekarang, jalanilah, jangan banyak mengeluh ini itu. Kalo memang tidak suka dan nuranimu berontak, lakukanlah perubahan. Jika tidak, maka sangatlah menyedihkan bila kita menjadi salah satu dari jutaan orang yang stress setiap harinya menjalani hidup seperti robot pekerja. 

No comments:

Post a Comment